Minggu, 04 Maret 2012

Menikmati Budaya Belanda di Erasmus Huis


             Ayo, acungkan tangan, bagi anda yang sudah tidak tahan ingin ke Belanda! 1, 2, 3, 4, 37, 78, 112,… Wow! Banyak sekali sepertinya. Ok, siapkan diri anda, karena sebentar lagi kita akan berkelana ke negeri kincir angin tersebut. Eits, anda tidak usah repot-repot menyiapkan visa dan passport, lho! Cukup siapkan ongkos untuk bus Transjakarta dan sedikit bekal, kok. Lho? Belanda yang saya maksud bukanlah negeri Belanda yang sesungguhnya, melainkan pusat budayanya yang bernama Erasmus Huis.
            Sebagian anda mungkin masih asing dengan Erasmus Huis. Erasmus Huis adalah pusat budaya Belanda yang terletak di Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. S-3, Kuningan, Jakarta Selatan (merupakan kompleks kedutaan asing). Erasmus Huis serangkaian dengan kedutaan Belanda. Di dalamnya terdapat perpustakaan, ruang seni, restoran yang menyajikan masakan khas Belanda, dan tempat kursus bahasa Belanda.
            Pertama kali kita menginjakkan kaki di sana, kita akan disambut oleh petugas sekuriti yang akan memeriksa barang bawaan kita. Bisa dikatakan, pengamanannya cukup ketat. Kebetulan, ketika penulis bertandang (Desember 2010) ke sana, sedang ada event seni. Penulis pun disuguhi pameran outdoor yang bertemakan kota Jakarta di pelatarannya.
            Puas menikmati pameran, kita bisa langsung memasuki perpustakaannya, yang terletak di dalam gedung Erasmus Huis. Suasana hangat menyapa kita, begitu memasuki ruang yang dipenuhi rak-rak buku kayu yang tinggi menjulang. Nuansa klasik begitu terasa pada interiornya, mungkin karena lantainya yang menggunakan parket, dan kentalnya pengaruh warna coklat kayu yang tersebar di seluruh ruangan. Koleksi buku kebanyakan berbahasa Belanda. Eits, jangan khawatir, karena ada satu rak khusus yang isinya buku berbahasa Indonesia. Di rak khusus tersebut, dapat kita temukan buku-buku tentang beberapa daerah (kabupaten)  di Indonesia, terutama di Banten (mengingat Banten adalah tempat pertama kali Belanda mendarat di Indonesia). Penulis buku-buku berbahasa Indonesia tersebut, kebanyakan orang Belanda. Selain itu, terdapat pula beberapa biografi tokoh-tokoh nasional Indonesia (Salah satunya, biografi Sutan Syahrir. Informasi mengenai beliau masih sangat jarang. Beruntung, penulis bisa menemukannya di sini.).
            Bagi anda yang sedang belajar bahasa Belanda, mungkin perpustakaan Erasmus Huis sangat cocok untuk mengasah kemampuan berbahasa Belanda anda. Buku berbahasa Belanda melimpah ruah, dari yang bergenre non-fiksi, hingga yang fiksi seperti novel, bacaan anak, dan lain-lain. Koleksi DVD berbahasa Belanda pun dapat kita jumpai. Suasananya yang terasa sangat Eropa, membuat kita betah berlama-lama di sini. Beberapa orang bertampang bule sesekali masuk ruangan, sekedar untuk membaca sejenak. Penjaga perpustakaannya yang seorang ibu paruh baya, akan dengan senang hati melayani jasa pembuatan kartu peminjaman buku. Terdengar, sedikit logat bulenya ketika beliau berbicara. Benar-benar terasa seperti di Eropa (Walaupun sebenarnya, penulis belum pernah mengunjungi Eropa. Hehehe…).
            Di luar ruang perpustakaan, terdapat ruang tengah yang cukup lebar. Pada waktu penulis berkunjung, ruang tersebut sedang digunakan untuk pameran lukisan seorang pelukis Belanda, Neel Korteweg. Lukisan-lukisan yang bercerita tentang pendeta Erasmus yang berkelana ke pulau Jawa itu, memenuhi seisi ruang tengah. Lukisan-lukisan tersebut sungguh serasi dengan ruang tengah yang bercat putih. Kita seolah sedang berada di galeri seni ternama di Eropa.
            Selain dapat mengenal banyak hal tentang Belanda lewat koleksi buku-buku di perpustakaannya, dan lukisan karya seniman Belanda, kita juga dapat menyaksikan film-film karya sineas Belanda yang biasa diputar di lobi Erasmus Huis. Di lobi yang terdiri dari sebuah LCD dan beberapa sofa dan tempat duduk ini, kita dapat menyaksikan film-film berbahasa Belanda yang bertemakan humanis, lagi gratis. Pemutaran film yang bertajuk “Europe on Screen” ini, hanya diadakan setahun sekali (Asyik, penulis mendapat kesempatan untuk menikmatinya.).
            Tepat di dekat lobi Erasmus Huis, terdapat sebuah tangga yang di dindingnya tertempel poster-poster konser musisi Belanda yang pernah diadakan di Erasmus Huis. Tangga tersebut membawa kita ke lantai dua, yang terdiri dari beberapa ruang pertunjukan. Di antara ruang-ruang tersebut, terdapat satu ruangan yang terbuka dan digunakan untuk pameran lukisan (Pada waktu penulis berkunjung, ruang tersebut sedang digunakan untuk pameran lukisan karya mahasiswa IKJ.).
            Bukan hanya suasana indoornya saja yang dapat memanjakan mata kita, suasana outdoornya pun tidak kalah memukau. Di pelataran gedung Erasmus Huis, selain terdapat tempat khusus untuk belajar bahasa Belanda dan restoran yang kedua-duanya terpisah dari gedung utama, terdapat pula taman yang cukup luas. Dari taman tersebut, kita bisa melihat gedung Kedutaan Belanda yang megah. Sebuah kolam yang menenangkan, beberapa bangku semen yang sederhana, dan pohon-pohon yang rindang, sungguh tempat yang asri untuk bersantai sambil membaca buku.
           

Hmm… Bagaimana? Seru, kan, mengenal budaya Belanda di Erasmus Huis? Hehehe… Mengunjungi Erasmus Huis memang tidak dapat menghilangkan hasrat anda untuk mengunjungi negeri Belanda. Tapi, tidak ada salahnya, kan, jika anda mengenal lebih dulu budaya suatu negara, sebelum anda mengunjungi negara tersebut? Siapa tahu, itu justru memotivasi anda untuk sungguh-sungguh merealisasikan keinginan anda berkunjung ke Belanda. Dank je!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar