Ayo,
acungkan tangan, bagi anda yang sudah tidak tahan ingin ke Belanda! 1, 2, 3, 4,
37, 78, 112,… Wow! Banyak sekali sepertinya. Ok, siapkan diri anda, karena
sebentar lagi kita akan berkelana ke negeri kincir angin tersebut. Eits, anda
tidak usah repot-repot menyiapkan visa dan passport,
lho! Cukup siapkan ongkos untuk bus Transjakarta dan sedikit bekal, kok. Lho?
Belanda yang saya maksud bukanlah negeri Belanda yang sesungguhnya, melainkan
pusat budayanya yang bernama Erasmus Huis.
Sebagian anda mungkin masih asing
dengan Erasmus Huis. Erasmus Huis adalah pusat budaya Belanda yang terletak di
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. S-3, Kuningan, Jakarta Selatan (merupakan kompleks
kedutaan asing). Erasmus Huis serangkaian dengan kedutaan Belanda. Di dalamnya
terdapat perpustakaan, ruang seni, restoran yang menyajikan masakan khas
Belanda, dan tempat kursus bahasa Belanda.
Pertama kali kita menginjakkan kaki
di sana, kita akan disambut oleh petugas sekuriti yang akan memeriksa barang
bawaan kita. Bisa dikatakan, pengamanannya cukup ketat. Kebetulan, ketika
penulis bertandang (Desember 2010) ke sana, sedang ada event seni. Penulis pun
disuguhi pameran outdoor yang
bertemakan kota Jakarta di pelatarannya.
Puas menikmati pameran, kita bisa
langsung memasuki perpustakaannya, yang terletak di dalam gedung Erasmus Huis.
Suasana hangat menyapa kita, begitu memasuki ruang yang dipenuhi rak-rak buku
kayu yang tinggi menjulang. Nuansa klasik begitu terasa pada interiornya,
mungkin karena lantainya yang menggunakan parket, dan kentalnya pengaruh warna
coklat kayu yang tersebar di seluruh ruangan. Koleksi buku kebanyakan berbahasa
Belanda. Eits, jangan khawatir, karena ada satu rak khusus yang isinya buku
berbahasa Indonesia. Di rak khusus tersebut, dapat kita temukan buku-buku
tentang beberapa daerah (kabupaten) di
Indonesia, terutama di Banten (mengingat Banten adalah tempat pertama kali
Belanda mendarat di Indonesia). Penulis buku-buku berbahasa Indonesia tersebut,
kebanyakan orang Belanda. Selain itu, terdapat pula beberapa biografi tokoh-tokoh
nasional Indonesia (Salah satunya, biografi Sutan Syahrir. Informasi mengenai
beliau masih sangat jarang. Beruntung, penulis bisa menemukannya di sini.).
Bagi anda yang sedang belajar bahasa
Belanda, mungkin perpustakaan Erasmus Huis sangat cocok untuk mengasah
kemampuan berbahasa Belanda anda. Buku berbahasa Belanda melimpah ruah, dari
yang bergenre non-fiksi, hingga yang fiksi seperti novel, bacaan anak, dan
lain-lain. Koleksi DVD berbahasa Belanda pun dapat kita jumpai. Suasananya yang
terasa sangat Eropa, membuat kita betah berlama-lama di sini. Beberapa orang
bertampang bule sesekali masuk ruangan, sekedar untuk membaca sejenak. Penjaga
perpustakaannya yang seorang ibu paruh baya, akan dengan senang hati melayani
jasa pembuatan kartu peminjaman buku. Terdengar, sedikit logat bulenya ketika
beliau berbicara. Benar-benar terasa seperti di Eropa (Walaupun sebenarnya,
penulis belum pernah mengunjungi Eropa. Hehehe…).
Di luar ruang perpustakaan, terdapat
ruang tengah yang cukup lebar. Pada waktu penulis berkunjung, ruang tersebut
sedang digunakan untuk pameran lukisan seorang pelukis Belanda, Neel Korteweg.
Lukisan-lukisan yang bercerita tentang pendeta Erasmus yang berkelana ke pulau
Jawa itu, memenuhi seisi ruang tengah. Lukisan-lukisan tersebut sungguh serasi
dengan ruang tengah yang bercat putih. Kita seolah sedang berada di galeri seni
ternama di Eropa.
Selain dapat mengenal banyak hal
tentang Belanda lewat koleksi buku-buku di perpustakaannya, dan lukisan karya
seniman Belanda, kita juga dapat menyaksikan film-film karya sineas Belanda
yang biasa diputar di lobi Erasmus Huis. Di lobi yang terdiri dari sebuah LCD
dan beberapa sofa dan tempat duduk ini, kita dapat menyaksikan film-film berbahasa
Belanda yang bertemakan humanis, lagi gratis. Pemutaran film yang bertajuk
“Europe on Screen” ini, hanya diadakan setahun sekali (Asyik, penulis mendapat
kesempatan untuk menikmatinya.).
Tepat di dekat lobi Erasmus Huis,
terdapat sebuah tangga yang di dindingnya tertempel poster-poster konser musisi
Belanda yang pernah diadakan di Erasmus Huis. Tangga tersebut membawa kita ke
lantai dua, yang terdiri dari beberapa ruang pertunjukan. Di antara ruang-ruang
tersebut, terdapat satu ruangan yang terbuka dan digunakan untuk pameran
lukisan (Pada waktu penulis berkunjung, ruang tersebut sedang digunakan untuk
pameran lukisan karya mahasiswa IKJ.).
Bukan hanya suasana indoornya saja yang dapat memanjakan
mata kita, suasana outdoornya pun
tidak kalah memukau. Di pelataran gedung Erasmus Huis, selain terdapat tempat
khusus untuk belajar bahasa Belanda dan restoran yang kedua-duanya terpisah
dari gedung utama, terdapat pula taman yang cukup luas. Dari taman tersebut,
kita bisa melihat gedung Kedutaan Belanda yang megah. Sebuah kolam yang
menenangkan, beberapa bangku semen yang sederhana, dan pohon-pohon yang
rindang, sungguh tempat yang asri untuk bersantai sambil membaca buku.
Hmm…
Bagaimana? Seru, kan, mengenal budaya Belanda di Erasmus Huis? Hehehe…
Mengunjungi Erasmus Huis memang tidak dapat menghilangkan hasrat anda untuk
mengunjungi negeri Belanda. Tapi, tidak ada salahnya, kan, jika anda mengenal
lebih dulu budaya suatu negara, sebelum anda mengunjungi negara tersebut? Siapa
tahu, itu justru memotivasi anda untuk sungguh-sungguh merealisasikan keinginan
anda berkunjung ke Belanda. Dank je!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar